Rabu, 03 Mei 2017

Transmedia Storytelling (SAP 7)

Detektif juga manusia, bukan Tuhan yang tahu segalanya.
- Shinichi Kudo

Hasil gambar untuk shinichi kudo gif
Shinichi Kudo

Kalimat diatas adalah salah satu cuplikan dialog dari serial manga yang tentunya tidak asing lagi di telinga kita. Siapa sih yang nggak kenal Shinichi Kudo alias Conan Edogawa ? Walaupun tidak mengikuti ceritanya, pasti nama-nama tersebut terasa familiar. Detective Conan adalah sebuah serial manga detektif yang ditulis dan digambar oleh Gōshō Aoyama. Serial ini menceritakan tentang Shinichi Kudo, seorang detektif sekolah menengah atas yang tubuhnya mengecil akibat sebuah racun.
Hasil gambar untuk detectiv econan
Shinichi Kudo alias Conan Edogawa

Detective Conan adalah salah satu manga yang sangat terkenal dan masih bertahan eksistensinya hingga sekarang. Penulispun mengikuti serial manga ini sejak SD hingga sekarang berumur 20 tahun. Detective Conan awal mulanya terkenal karena komiknya. Sejak komiknya meledak dipasaran, Detective Conan mulai hadir dalam berbagai macam bentuk, baik anime series, film, merchandise, video games, hingga live actionnya.

Hasil gambar untuk komik detective conan
Komik Detective Conan
Hasil gambar untuk merchandise detektif conan
Merchandise Detective Conan
Hasil gambar untuk live action detective conan
Live action Detective Conan
Fenomena inilah yang seringkali disebut sebagai Transmedia Storytelling. Dalam Jenkins (2007), Transmedia Storytelling merepresentasikan proses dimana elemen dari sebuah fiksi tersebar secara sistematis di beberapa saluran untuk menciptakan pengalaman hiburan yang terpadu dan terkoordinasi. Sederhananya, Transmedia adalah penceritaan cerita melalui beberapa platform media yang berbeda. Transmedia storytelling menggunakan setiap platform yang berbeda untuk menambahkan sesuatu yang baru atau di samping sebuah narasi secara keseluruhan. Seperti yang dikatakan Jenkins, bahwa “it is experiences spread across a variety of platforms. Not in a way that is redundant but in a way that is complimentary in that each platform does what it does best”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar